Paku Jagad Itu Telah Berpulang

oleh -1,173 views

Sejak kecil saya mengenal beliau karena sering diajak sowan almarhum Abah (bapak) ke kediaman beliau, Pesantren Al Anwar, Sarang Rembang. Sebagai anak pertama, saya termasuk paling kenyang diantara saudara lain diajak sowan ke kiai-kiai di sekitar garis batas Jateng dan Jatim. Mbah Moen salah satunya.

Agenda sowan biasanya tidak ada yang khusus, sekedar bersilaturahmi dan minta nasihat-nasihat dari para Kiai itu. Selain regular tiap kali ada libur, biasanya Abah ngajak sowan ketika ingin ngaturi (meminta) beliau untuk mengisi pengajian.

Mbah Moen ini salah satu ulama dan dai yang paling rajin mendatangi haul-haul kiai kampung. Hampir setiap haul tokoh-tokoh kampung yang berjasa dalam penyebaran Islam di bilangan Rembang, Blora, Pati, Grobogan, Bojonegoro atau Tuban insyaallah beliau datangi semua.

Beliau juga rutin datang dan memberi mauidloh hasanah di Haul Mbah Buyut kami dari jalur ibu, yang dari beliau kami tahu silsilah Mbah Buyut tersbung ke Mbah Sambu Tuyuhan Rembang.

Bila jaman itu dai kondang di kampung-kampung adalah mereka yang berpidato dengan suara lantang dan berapi-api, atau lucu sekalian, Mbah Moen agak berbeda. Tutur kata beliau ketika sedang berpidato tidak beda jauh dengan ketika sedang berbicara dengan tamu-tamunya. Tidak berapi-api tapi dengan tone dan diksi yang tegas dan jelas. Pidatonya juga sesekali diselipin humor, tanpa harus mengorbankan substansi.

Tentu aku iyakan, tidak mungkin berani berbohong. Beliau terkekeh-kekeh lalu memberikan nasihat-nasihat dan ijazah sembari berpesan agar tetap damai dan jangan membenci siapa pun.
Kini, paku jagad itu telah berpulang, dengan samudra ilmu yang terkubur di perut bumi.

Selamat jalan guru panutan kami.

Alfatihah