Santri Milenial – Buya Syakur Yasin MA dalam pengajian rutinnya memberikan nasehat kepada para santrinya terkait virus corona atau covid19 yang semakin merajalela lewat naskah yang ia bacakan. Berikut pesannya:
Jumlah korban serangan virus corona terus meningkat dari waktu ke waktu, belum ada tanda-tanda penurunan angka. Sudah barang tentu banyak orang semakin takut dan panik.
Gejolak emosi di dalam diri kita semakin gaduh, baik rasa takut, cemas, khawatir, gelisah dan lain sebagainya. Emosi yang ada di dalam diri kita ini mempunyai spektrum yang sangat luas sekali, sekalipun memang kebanyakan dari diri kita tidak dapat merasakan dan memilah-milahnya. Sehingga tidak dapat dihindari, hampir semua memiliki reputasi negatif, yang membuat kita merasakan, bahwa diri kita sekarang sedang terancam. Minimal paling tidak, setelah beberapa hari kita mengisolasi diri di dalam rumah, kita terjebak dalam suasana badmood.
Petunjuk-petunjuk kesehatan untuk menghindari virus corona, harus kita taati, seperti sering cuci tangan, menggunakan masker, jaga jarak, menghindari kerumunan dan lain sebagainya. Tetapi bukan itu saja, ketahanan tubuh juga sangat menentukan. Banyak kasus terjadi, seseorang yang membawa virus corona, tetapi tidak sakit, disebabkan karena daya tahan tubuhnya istimewa.
Untuk menghindari supaya gejolak emosi tidak semakin gaduh, tidak perlu saling menyalahkan, baik T. K. W yang pulang kampung masih tetap berkeliaran, maupun menyalahkan menyalahkan pemerintah yang kurang tanggap dan lain sebagainya.
Ketenangan jiwa dan ketahanan tubuh serta usia merupakan satu paket yang tidak dapat dipisahkan. Kekhawatiran dan kecemasan dalam diri kita sekarang ini memang ada dan terus dan terus meningkat karena pandemi virus corona, tetapi kita tidak boleh menyerah, kita harus terus melawan, jangan sampai perasaan “terancam” berkesinambungan, terus menerus menguasai diri kita.
Kita ini semua, kebanyakan dapat mengatur emosi, tidak banyak mengalami kesulitan, terkecuali mungkin hanya beberapa orang yang mempunyai kepribadian tidak stabil, akan mengalami kesulitan untuk mengatur emosinya sendiri.
Yang perlu sekarang adalah kita bangkitkan kesadaran kita sendiri, bahwa kita ini diberi kemampuan oleh Tuhan untuk mengatur diri kita sendiri. Sudah barang tentu seizin Tuhan juga. Sehingga jika kepanikan dan kecemasan atau perasaan apapun yang malang melintang di dalam diri kita dibiarkan terus menerus, maka sama dengan membiarkan ketahanan tubuh kita terus terseret ke posisi yang sangat rendah.
Sehari-hari kita melihat banyak orang yang terlalu emosional ketika menyikapi suatu peristiwa, seperti serangan corona ini. Mereka membiarkan emosinya terus bergerak liar, tanpa ada keinginan untuk mengambil alih, sehingga setiap hari selalu menggeram-geram.
Ada setan pendamping manusia yang disebut “QORIN”, rajin memuat sekat-sekat yang mempersempit gerak kita. Ini dapat kita rasakan ketika kita berusaha untuk melerai perasaan kita. Sebetulnya dengan menggeser sedikit perspektif saja, kita akan punya kemampuan untuk memberi kesempatan kepada emosi dan akal untuk berdialog secara produktif.
Selanjutnya setelah berdialog akan menghasilkan berbagai kesimpulan yang jauh lebih baik. Dengan kesimpulan-kesimpulan tersebut setidaknya akan dapat membantu kita membuat pemetaan, guna memfasilitasi emosi dan rasionalitas sehingga dapat bekerja sama dengan indah, bukan dengan membantai salah satunya.
Ternyata virus corona lebih mampu mengurangi kejahatan-kejahatan manusia daripada himbauan para juru dakwah yang mulutnya sampai berbusa-busa.
Lalu apakah ini azab atau ujian?
Pertanyaan ini membuat kita jadi memilah-milah takdir Tuhan. Bila yang terkena orang yang kita cintai disebut cobaan, tatapi bila yang terkena itu orang yang tidak kita suakai disebut azab. Yang penting kita telah mengakui bahwa dosa itu membawa siksa. Juga kita yakini bersama bahwa berbuat baik kepada sesama itu akan membikin kita bahagia.
Baik dosa karena meninggalkan kewajiban atau dosa melanggar larangan, kedua-duanya membuat diri kita merasa bersalah. Selanjutnya membuat perasaan ini menjadi tegang.
Cara terbaik supaya ketegangan hilang dan kita bisa hidup nyaman, sehingga nanti ketahanan tubuh kita menjadi sangat istimewa adalah segera bertaubat kepada Tuhan dan meminta ampunan, lalu berserah diri dengan tulus dan ikhlas, siap menerima apapun yang menjadi keputusanNya. Karena tidak akan mati orang yang ditentukan Tuhan akan berumur panjang.
Indramayu. 05-04-2020
Abdul Syakur Yasin
Itulah pesan beliau, semoga kita sebagai santrinya mampu mengelola emosi dan senantiasa bertaubat meminta ampunan kepada Allah terkait semakin meluasnya wabah corona di Indonesia hari ini. Mudah-mudahan wabah corona segera berakhir. (red)