Jakarta – Mengawali tahun merupakan momen istimewa bagi Nahdliyin atau warga NU karena pada bulan Januari NU dideklarasikan oleh para ulama pesantren, tepatnya pada 31 Januari 1926 atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H. Pada Januari tahun 2021 ini, NU mencapai usia ke-95 tahun versi Masehi.
Menurut catatan Choirul Anam dalam Pertumbuhan dan Perkembangan NU (2010), ada tiga motivasi berdirinya NU yaitu motivasi agama, membangun nasionalisme, dan mempertahankan akidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
Jadi berdirinya NU tidak semata-mata hanya menegakkan syiar agama Islam dan akidah Aswaja, tetapi juga menanamkan spirit nasionalisme (termasuk kemandirian ekonomi) sebagai bekal berharga untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Fondasi gerakan para ulama pesantren masih terus relevan mengingat bangsa Indonesia yang kerap dihadapkan pada persoalan agama, sosial-kemasyarakatan, dan problem kebangsaan.
Sebab itu, NU disebut sebagai jam’iyyah diniyyah ijtima’iyyah yaitu organisasi sosial keagamaan. Peran-peran sosial NU mencakup segala lini kehidupan manusia, termasuk problem global atau persoalan masyarakat dunia. Kini, NU dengan anak-anak mudanya juga aktif di bidang teknologi informasi yang merupakan bekal penting menghadapi era disrupsi. NU dengan tradisi teks keagamaannya di pesantren mampu menjawab setiap problem keagamaan dan sosial di tengah masyarakat yang semakin modern dan plural.
Di sinilah yang disebut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) agama sebagai etika sosial yang hadir memberikan solusi bagi setiap problem kemasyarakatan. Bukan dijadikan sebagai alat politik yang semata-mata hanya untuk meraih kekuasaan. Karena jika demikian, maka akhirnya yang muncul adalah kekacauan dan keburukan (mudharat) atas nama legitimasi agama.