Aktivitas Jamaah Haji Selain Ibadah

oleh -753 views
Salah satu foto Zahra Amin bersama keluarga di tanah suci Mekkah

Saudi Arabia – Satu minggu jelang puncak haji Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina) aktivitas jama’ah haji berkutat hanya antara pemondokan dan Masjidil Haram. Ada yang menjalankan umroh sunnah, thowaf sunnah, i’tikaf, membaca Alqur’an, berdzikir, atau sekedar sholat berjama’ah. Karena beribadah di sana itu 100.000 kali lebih utama dibandingkan di luar Harom. Semua kegiatan jemaah haji berpusat di sana. Kecuali bagi yang merasa kurang sehat, atau kondisi fisik lemah maka lebih baik tidak ke sana.

Sebab setiap kali masuk dan keluar masjid pasti akan berdesakan, dan berjalan melambat. Seketika jalanan sekitar Harom bak lautan manusia. Seperti air bah yang tertumpah dari bendungan. Konon, tahun ini jemaah haji dari seluruh dunia berjumlah sekitar 3 juta orang. Semakin mendekati hari puncak haji maka semakin padat merayap jalanan dari dan menuju Harom.

Untuk menghemat energi satu hari saya memilih satu kali waktu sholat di Harom. Maghrib dengan Isya, Subuh dengan Dluha, atau Dzuhur dengan Ashar. Misal ingin Subuh berjama’ah di sana, maka harus berangkat maksimal jam 03.00 was. Karena satu jam sebelum sholat dimulai akses masuk di beberapa titik akan ditutup askar, atau petugas keamanan Harom. Jadi kita tidak leluasa memilih pintu masuk. Sambil menunggu Subuh, kita bisa melakukan ibadah lainnya. Lalu pulang setelah Dluha sekitar jam 6an WAS. Oh iya, perbedaan waktu di sini dengan Indonesia sekitar 4 jam. Dengan durasi saat siang yang lebih panjang dari pada malam. Sehingga ketika bangun jam 1 malam ya anggap saja kita bangun jam 5 pagi waktu Indonesia.

Nah yang paling nggak kuat itu menahan kantuk di waktu sholat Maghrib dan Isya. Karena jam di Indonesia waktu tengah malam hingga dini hari. Karena menunggu jadwal sholat dari waktu ke waktu yang lumayan lama, saya tak lupa membawa cemilan dan botol untuk menaruh air zamzam yang banyak tersebar di setiap sudut Harom. Menurut saya tempat yang paling nyaman agar tidak dipindahkan Askar, yaitu di lokasi Sa’i antara Shofa dan Marwah. Karena bagi Jama’ah perempuan ada area tertentu ketika waktu sholat tiba yang tidak boleh ditempati. Artinya hanya untuk jama’ah laki-laki. Selain di situ, laki-laki perempuan bebas bahkan bisa sholat saling berdampingan.

Jika sedang tidak beribadah, banyak hal lain yang bisa dilakukan jama’ah selain makan dan tidur. Pertama mencuci pakaian. Pihak pemondokan menyediakan puluhan mesin cuci yang bisa dimanfaatkan oleh para jamaah. Karena jumlahnya terbatas maka harus rela antri. Saya memilih waktu sepi sekitar pukul 11.00 Waktu Arab Saudi (was). Cukup dijemur selama dua jam di lantai paling atas, baju sudah kering sempurna.

Aktivitas kedua jalan-jalan di sekitar pemondokan atau cukup di depannya saja. Setiap pagi akan ada keramaian pasar dadakan dengan beragam makanan khas Indonesia, atau buah tangan sekedarnya yang ingin dibawa pulang. Percaya deh, kita seperti bukan berada di Arab, karena hampir semua pedagang berbahasa Indonesia. Bahkan pedagang dari warga Arab Saudinya sendiri juga bercakap bahasa Indonesia.

Nah kalau saya berkomunikasi, lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dari pada Arab. Kalau sudah sama-sama tak paham, barulah pakai bahasa Tarzan alias isyarat tangan Hahaha.. ???????????? Ini sering saya temui ketika sholat berdampingan dengan jemaah dari Aljazair, Pakistan, India, Banglades, Rwanda, Uzbekistan dan negara lainnya. Kadang kami saling berbagi makanan apa saja yang kami bawa. Cukup dengan satu kata, halalan. Lalu kami saling tersenyum dan menikmati makanan bersama-sama. (*)

By Zahra Amin (Salah satu jamaah haji perempuan 2019 asal Indonesia)